TopikRembulan,mendekatlah kemari
Rindu ingin menunaikan cerita kemarin
Hingga tertidur dipangkuanmu
Sampai tak ada sinar sedikit pun
Setelah sekian lamanya menunggu rembulan
Di bawah pohon kramat
Rasanya ingin menggila
Mengisap air hujan yang tersisa di Selip batu
Tapi, apakah ini benar?
SesaatKelana semu di antara sunyi
Hempasan angin tak ada arah
Rela menelan pahit
Tapi tak sudah untuk membasmi
Kian bak sakit
Hanya debu jalanan yang hinggap
Masih bermain material
Menyusun bait-bait
Hingga tangisan menganak sungai
Setelah peristiwa itu, rasa menjauh begitu jauh
Tiap diksi haus
Sukmanya kelaparan
Dan organ tetap menghiraukannya
IbuIbu,
Anakmu sangat merindukanmu
Ketika ingin aku tidur
Beliau mengelus punggung
Sampai aku tertidur seperti bayi baru lahir
Ketika aku tak sempat membuat kata-kata
Sebelum tidur, maka Bianglala yang mewakili pujian Tuhan pada ibu
Hanya beliau yang selalu membuat
Pagiku menjadi hal yang istimewa
Menuaikan doa dan melumbungkan semangat
Yang selalu hadir di setiap hujan yang membasi semesta raya
Kemari dan KembaliIngin rasanya
Engkau hadir
Ke ruang yang tak kunjung
Sembuh dari luka ini
Kemarilah, kemari
Ku sambut engkau dengan ruang
Kembalilah, kembali
Meski hanya sekelebat bayang
Oh, Engkau
Akan aku tunggu dalam rumah IngatanMalang, 2021
Kholik, Mahasiswa Asal Madura, Jurusan Administrasi Publik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang 2020.
Komentar